Tujuan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan
oleh kaum Zionis Yahudi terhadap para ulama mereka di wilayah kerajaan
dinasti Saudi adalah untuk menjadikan ulama mereka sebagai tuhan selain
Allah karena sesungguhnya kaum Zionis Yahudi adalah pengikut syaitan.
Telah dijelaskan tentang adanya kaum Zionis Yahudi dala...m firman
Allah ta’ala yang artinya “Dan setelah datang kepada mereka seorang
Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka,
sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan
kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak
mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah) dan mereka mengikuti apa yang
dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir
(mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]: 101-102 )
Jadi pada
hakikatnya kaum Zionis Yahudi adalah pengikut syaitan. Mereka yang
dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla. Kaum Zionis Yahudi berupaya
menjerumuskan manusia kedalam kekufuran.
Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda, “Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman
tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat
sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau
beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”
Hadits yang diriwayatkan Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin
Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang
orang-orang yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya
bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, “Kaum
Nasrani”.
Kaum Zionis Yahudi telah berhasil mensesatkan kaum
Nasrani. Salah satunya melalui Paulus (Yahudi dari Tarsus), pengikut
Rasul setelah “bertobat” , yang mengubah esensi dasar kekristenan.
Paulus dijadikan seorang Santo (orang suci) oleh seluruh gereja yang
menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan,
dan beberapa denominasi Lutheran. Dia berbuat banyak untuk kemajuan
Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai
salah satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri
kekristenan bercorak Paulin (bercorak Paulus). Surat-suratnya menjadi
bagian penting Perjanjian Baru.
Firman Allah ta’ala yang
artinya “Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama
yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian
mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah
belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).” (QS Al Mu’minun [23] :
52-53)
Kaum Zionis Yahudi diciptakan sebagaimana yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla sampai mereka mau bersyahadat.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat
dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya
sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan
kebenaran, padahal mereka mengetahui.” ( QS Al Baqarah [2]:146 )
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa
Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama
Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah
Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan
syahadah dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada
lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah [2]:140 )
Kaum Zionis Yahudi menyembunyikan atau mengingkari syahadat sehingga
mereka mempunyai rasa permusuhan terhadap manusia yang telah
bersyahadat.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang
yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )
Dengan rasa permusuhannya, kaum Zionis Yahudi melancarkan ghazwul fikri
(perang pemahaman) kepada para ulama mereka di wilayah kerajaan dinasti
Saudi.
Salah satu bentuk hasutan atau ghazwul fikri (perang
pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi adalah dengan
mengangkat kesalahpahaman Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengikuti pola
pemahaman Ibnu Taimiyyah dalam hal memahami tentang bid'ah. Dengan
kesalahpahaman tentang bid'ah justru dapat menjerumuskan menjadi ahlul
bid'ah, bid'ah yang mempersekutukan Allah.
Pokok utama
kesalahpahaman yang berlarut-larut hingga menimbulkan perselisihan di
antara kaum muslim adalah karena salah memahami hadits "kullu bid'ah
dholalah" (HR Muslim)
Ulama yang sholeh yang sanad ilmunya
tersambung kepada Rasulullah seperti Al-Imam an-Nawawi dalam Syarah
Shahih Muslim menuliskan: “Sabda Rasulullah “Kullu Bid’ah dlalalah” ini
adalah ‘Amm Makhshush; artinya, lafazh umum yang telah dikhususkan
kepada sebagian maknanya. Jadi yang dimaksud adalah bahwa sebagian besar
bid’ah itu sesat (bukan mutlak semua bid’ah itu sesat)” (al-Minhaj Bi
Syarah Shahih Muslim ibn al-Hajjaj, j. 6, hlm. 154)
Hadits
“Kullu bid’atin dholalah” menurut tata bahasanya ialah ‘Amm Makhsus,
artinya makna bid’ah lebih luas dari makna sesat. Maknanya adalah
“setiap sesat adalah bid’ah akan tetapi tidak setiap bid’ah adalah
sesat”.
Pada hakikatnya perkara baru (bid’ah) dapat pula
diterapkan ke dalam hukum taklifi yang lima, wajib, sunnah (mandub),
mubah, makruh, haram
Al-Imam an-Nawawi membagi bid’ah menjadi lima macam.
أن البدع خمسة أقسام واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة
“Sesungguhnya bid’ah terbagi menjadi 5 macam ; bid’ah yang wajib,
mandzubah (sunnah), muharramah (bid’ah yang haram), makruhah (bid’ah
yang makruh), dan mubahah (mubah)” [Syarh An-Nawawi ‘alaa Shahih Muslim,
Juz 7, hal 105]
Jadi seluruh hadits yang menyebutkan harus
menghindari bid'ah maksudnya adalah bid’ah yang akan berakibat bertempat
di neraka yakni bid’ah yang menyekutukan Allah. Allah Azza wa Jalla
menutup pintu taubat pelaku bid'ah yang menyekutukan Allah hingga pelaku
bid'ah meninggalkan bid'ahnya
Dari Anas r.a. berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda : “Sesungguhnya
Allah menutup taubat dari tiap-tiap orang dari ahli bid’ah sehingga ia
meninggalkan bid’ahnya.” H. R. Thabrani
Bid’ah yang akan berakibat bertempat di neraka karena menyekutukan Allah adalah.
1. Mengada ada dalam perkara larangan dan pengharaman (perbuatan yang jika dilanggar / dikerjakan berdosa)
2. Mengada ada dalam perkara kewajiban (perbuatan yang jika ditinggalkan berdosa)
3. Perkara baru atau contoh baru yang diikuti oleh orang lain namun
bertentangan dengan Al Qur'an dan As Sunnah. Segala perbuatan yang
bertentangan dengan Al Qur'an dan As Sunnah adalah berdosa.
Point 1 dan 2 adalah yang dimaksud dengan bid'ah dalam urusan agama atau
bid'ah dalam urusan kami atau bid'ah dalam perkara syariat, bid'ah
dalam urusan Allah ta'ala menetapkannya.
Telah menceritakan
kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’ad dari
bapaknya dari Al Qasim bin Muhammad dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha
berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang
membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada perintahnya
maka perkara itu tertolak“. Diriwayatkan pula oleh ‘Abdullah bin Ja’far
Al Makhramiy dan ‘Abdul Wahid bin Abu ‘Aun dari Sa’ad bin Ibrahim (HR
Bukhari 2499)
Intinya segala perkara yang berhubungan dengan dosa hanya ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla
Jadi jika ada yang secara serampangan menetapkan atau berfatwa ini
dosa, itu dosa dengan akal pikirannya sendiri tanpa dalil dari Al Qur’an
dan Hadits maka dia telah menyekutukan Allah dengan akal pikirannya
sendiri.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
“Katakanlah! Tuhanku hanya mengharamkan hal-hal yang tidak baik yang
timbul daripadanya dan apa yang tersembunyi dan dosa dan durhaka yang
tidak benar dan kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
turunkan keterangan padanya dan kamu mengatakan atas (nama) Allah dengan
sesuatu yang kamu tidak mengetahui.” (QS al-A’raf: 32-33)
Rasulullah mencontohkan kita untuk menghindari perkara baru dalam
kewajiban (jika ditinggalkan berdosa). Rasulullah meninggalkan sholat
tarawih berjama’ah dalam beberapa malam agar kita tidak berkeyakinan
bahwa sholawat tarawih berjama’ah sepanjang bulan Ramadhan adalah
kewajiban (ditinggalkan berdosa)
Rasulullah bersabda, “Aku
khawatir bila shalat malam (tarawih berjam’ah) itu ditetapkan sebagai
kewajiban atas kalian.” (HR Bukhari 687).
Jelas bahwa mereka
yang mengikuti larangan (jika dilanggar berdosa) dan mereka yang
menjalankan suruhan (jika ditinggalkan berdosa) dari ulama mereka tanpa
landasan dari Al Qur'an dan Hadits adalah mereka yang menjadikan ulama
sebagai tuhan-tuhan selain Allah
Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Mereka menjadikan para rahib dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah“. (QS at-Taubah [9]:31 )
Ketika Nabi ditanya
terkait dengan ayat ini, “apakah mereka menyembah para rahib dan pendeta
sehingga dikatakan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah?”
Nabi menjawab, “tidak”, “Mereka tidak menyembah para rahib dan pendeta
itu, tetapi jika para rahib dan pendeta itu menghalalkan sesuatu bagi
mereka, mereka menganggapnya halal, dan jika para rahib dan pendeta itu
mengharamkan bagi mereka sesuatu, mereka mengharamkannya“
Pada
riwayat yang lain disebutkan, Rasulullah bersabda ”mereka (para rahib
dan pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan
menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang
demikian itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui
batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.”
(Qs. al-Mâ’idah [5]: 87).
“Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan
ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung” [QS. An-Nahl : 116].
Dalam hadits Qudsi ,
Rasulullah bersabda: “Aku ciptakan hamba-hambaKu ini dengan sikap yang
lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada mereka. Syaitan ini
kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan atas mereka
sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaruhi supaya
mereka mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan
keterangan padanya.” (Riwayat Muslim).
Wassalam